Tanggal 14 Februari 2014, Aku merencanakan untuk pulang kampong. Semua hal sudah aku persiapkan mulai dari tiket dan semua hal yang harus aku bawa. Semua barang juga sudah aku packing. Aku pulang kampung naik kereta alasannya karena takut macet. Soalnya bisa kita lihat juga banyak jalan yang rusak dan masalah gunung Kelud yang juga meletus. Banyak debu di jalan mungkin juga akan mempengaruhi perjalanan juga. Dari itulah aku putuskan untuk naik kereta, sebenarnya naik kereta juga lebih cepat di bandingkan naik Bus.
Hari yang aku tunggu pun tiba juga. Betapa senang sekali hatiku bisa pulang kampung menemui kedua orang tua dan juga kedua saudaraku. Apalagi sama kakakku yang sudah hamper 2 tahun tidak bertemu. Soalnya lebaran tahun kemarin aku pulang habis lebaran dan ketika aku pulang kakakku juga sudah berangkat kerja lagi. Sehinggga kita tidak bisa saling bertemu. Kegembiraanku bertambah lagi karena aku juga sudah merencanakan pertemuan dengan teman-teman semasa SMA dulu. Bisa di bilang reunian juga, ya walaupun yang konfirmasi tidak terlalu banyak tapi hal tersebut membuatku lebih bersemangat.
Semua persiapan sudah selasai dan waktunya berangkat ke stasiun Senen. Aku berangkat jam 14.30 dari kostku yang berada di Tangerang. Jadi lumayan lama juga perjalanan menuju Stasiun Senen, sedangkan Kereta berangkat jam 16.10. Perkiraan perjalanan Tangerang-Stasiun Senen 1 jam 30 menit jadi masih ada waktu untuk menunggu. Tapi perkiraanku meleset, ketika sampai daerah Grogol ternyata macet total sampai daerah Harmoni. Sampai Harmoni saja sudah jam 15.59, di tambah lagi ada yang ngomel-ngomel di tengah jalan. Kadang Pejabat itu rese juga, padahal cuma nyalip mobilnya saja tapi kenapa dia marah-marah. Nyenggol mobilnya juga tidak, aku pikir dia terlalu lebay. Lebih parahnya lagi polisi hanya diam saja, tidak melakukan tindakan apapun. Dan semakin lama juga emosiku bertambah, tapi untung saja aku masih bisa menahannya. Indonesia Indonesia ,, aku hanya bisa mengeluh.
Akhirnya aku sampai juga di stasiun, sesuai dengan perkiraanku kereta sudah berangkat. Berbeda tipis antara aku dating dan kereta berangkat. Aku sampai stasiun sekitar jam 16.30, nyesek sekali dech Cuma beda beberapa menit. Akhirnya aku mencari tiket lagi untuk keberangkatan hari tersebut. Aku sudah mencari dengan begitu kerasnya, tapi alhasil tidak ada tiket tersedia lagi. Semua tiket sudah terjual habis, dalam hati aku berkata “bagaimana ini, terlanjur juga bawa barang banyak dan aku juga sendirian. Malang banget nasibku hari ini.” Karena sudah tidak ada tiket lagi, aku berusaha menghubungi teman-temanku untuk mencarikan tiket Bus saja. Bukan maksud untuk merepotkan teman-temanku, tapi aku benar-benar lagi kepepet. Alhasil tiket Bus pun aku dapatkan, tapi harus ke Bekasi Timur. Bus berangkat jam 19.00 tapi untuk sekarng sudah jam 17.45 tidak mungkin bisa kesana dengan waktu 1 jam. Apalagi situasisnya jam pulang kerja yang pasti tambah macet aja jalanan.
Pada akhirnya aku putusnya pulang besoknya, aku mengantri tiket pemesanan untuk besok. Antrian yang sangat panjang pun aku sikat, demi bisa pulang ke kampung halaman. Tak luput juga aku meminta bantuan teman-temanku untuk mencarikan tiket untukku. Tapi tidak ada hasilnya, semuanya Nihil yang di dapat. Aku tidak putus asa, aku terus mengantri di loket tiket. Rasa capek terasa di seluruh tubuhku. Sebuah tas ransel yang bertengger di punggungku ternyata lumayan berat juga. Karena merasa capek aku turunkan tas ranselku. Rasa bosan selalu hinggap di kepalaku . Tapi aku harus tetap sabar menanti, loket tutup jam 19.00 dan sekarang sudah jam 18.35. Bisakah aku mendapatkan tiket? Dan ternyata tidak bisa juga karena loket keburu tutup. Tiket gak aku dapet dan teman-temanku juga tidak bisa mendapatkannya. Akhirnya aku menyerah juga dan memutuskan untuk naik bus saja besok.
Karena aku mau dijemput temanku setelah selesainya ia bekerja jadi aku harus menunggunya. Karena bosan akan menunggu temanku datang, aku iseng-iseng mengantri tiket lagi untuk pemberangkatan hari ini. Kali masih ada sisa orang yang cancel, setelah sekian lama mengantri akhirnya ada juga seorang mbak-mbak yang mau cancel juga. Gegara ada hujan abu, mbak tersebut mengurungkan niatnya untuk pergi ke Solo. Ada hikmahnya juga hujan abu, jadi aku dapat tiket untuk pulang juga. Betapa senang banget hatiku bisa mendapatkan tiketnya. Sekian lama aku menunggu kereta datang, yang penting dapat tiketnya saja aku sudah bersyukur. Kereta akhirnya datang juga dan aku segera naik kereta karena takut ketinggalan lagi. Trauma ketinggalan kereta. Dikereta aku hanya tidur saja karena terlalu kecapekan.
Pemberhentian terakhir sudah tiba, Stasiun Balapan Solo. Aku tiba sekitaran jam 7 pagi, tidak sesuai dengan yang tercantum di tiket jam 6 pagi. Karena ada hujan abu kereta jadi agak telat. Segeralah aku mencari tiket tujuan Madiun, aku mencari tiket kereta local saja karena harganya yang lumayan murah. Lagi pula jarak tempul Solo-Madiun juga lumayan dekat jadi tidak ada salahnya cari yang murah. Dan ternyata pemberangkatan kereta tersebut adalah jam 11. Butuh waktu berapa jam saja aku menunggu keretanya. Betapa bosannya nanti aku menunggunya. Dan makanan juga tidak ada, karena dari kemarin aku juga belum makan. Untuk mengganjal perutku yang lapar, aku hanya makan makanan ringan saja. Setiap kali aku melihat jam yang melingkat di tanganku. Masih kurang 3 jam lagi, aku lihat lagi kurang 2 jam lagi. Dan seterusnya seperti itu, aku tidak sabar menunggu kedatangan keretanya.
Akhirnya keretanya datang juga, ah,, batapa leganya hatiku setelahlah menunggu 4 jam lamanya. Tadi mau naik Bus tapi tidak tau terminal berada dimana, dan lagi tidak kuat rasanya melihat barang bawaanku.. Gubrax dech.. Segera aku naik kereta, kali ini aku salah naik gerbongnya, Jadi mau tidak mau harus mencari gerbongku yang sebenarnya. Setelah membopong barang-barangku yang super banyak akhirnya aku bisa duduk juga di tempatku. Dan baru inget juga sama tiketku, aku cari-cari dimana tiketku. AKu tidak menemukankannya, aku lupa dimana aku menaruh tiketku tadi. Seluruh bagian tas sudah aku cari dan aku tidak menemukannya. Aku mencari dengan pelan-pelan dan ternyata tiketnya berada di saku celanaku. Haduh bagaimana mungkin aku bisa sebodoh itu, dasar Babo.
Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, aku di dalam kereta tidak tidur seperti perjalanan ku dari Jakarta-Solo. Aku malah mengobrol dengan seorang bapak yang berada di kursi sebelahku. Banyak hal yang kami bicarakan, sehingga waktu tidak begitu terasa. Sebentar lagi sudah akan sampai ke tempat tujuanku. Ku ambil Handphoneku dari saku celanaku untuk mengirimnkan sms ke pamanku untuk segera menjemputku. Dan ternyata pamanku sudah menungguku distasiun. Aku cari-cari keberadaan pamanku, aku sudah bertemu dengann pamanku dan segera kujabat tangannya.
Perjalanan Madiun-Ponorogo sekitaran 1 jam, harus membutuhkan tenaga juga. Aku pangku koperku, aku menahan beban berat koperku. Setelah 1 jam akhirnya sampai juga di rumah tercintaku. Kota Ponorogo adalah kampung halamanku. Sebuah kota yang tidak terlalu besar tetapi merupakan kota yang selalu aku rindukan. Tempat dimana aku dilahirkan, itulah kampungku. Butuh perjuangan juga untuk aku bisa berada disini.
No comments:
Post a Comment