Bandung Masuk 5 Besar Dunia Komunitas Musik Underground. Grup musik beraliran underground, Beside, yang menggelar konser launching albumnya Sabtu lalu (9/2/2008) di AACC, merupakan satu dari sekitar 200 grup musik underground di Kota bandung. Besarnya jumlah itu menjadikan Bandung
masuk jajaran lima besar komunitas underground terbesar dalam skala internasional setelah Amerika, Jerman, Inggris dan Belanda. Demikian disampaikan pengamat musik underground, Reggi Kayong Munggaran, saat dihubungi detikbandung, Senin (11/2/2008). "Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan orang luar negeri tentang subkultur di Bandung.
Ternyata Bandung memiliki animo yang cukup besar terhadap musik underground, hingga menempati posisi ke lima komunitas terbesar undrground di dunia," tutur Reggi. Menurut Reggi, besarnya animo masyarakat, anak muda khususnya, terhadap musik underground merupakan kecenderungan yang aneh. Begitupun menurut negara-negara lain penganut subkultur yang sama. Musik underground sendiri, lanjut reggi, merupakan budaya cangkokan.
Dimana dalam proses pencariannya membentuk kultur memberdayakan diri sendiri dan komunitas. Berangkat dari pemikiran itulah, para pelaku musik underground memiliki etos kerja ''''Do it Your Self". Karena musik underground merupakan musik subkultur bukan musik mainstream, dimana tidak semua orang bisa menikmati, tidak semua orang bisa melihat. Sehingga untuk tetap menjaga eksistensi musik ini harus dilakukan sendiri. "Grup underground membuat konser sendiri, show sendiri, kecenderungannya lebih eksklusif karena kapitalisme sudah mengakomodasi musik itu sendiri. Kalau musik seperti ini siapa yang mau mendengar, studio mana yang mau membuat rekaman.
Kecuali oleh orang-orang yang memiliki kecintaan terhadap musik underground," jelas Reggi. Reggi mengatakan, dari sekian banyaknya grup musik underground di kota Bandung, sudah banyak yang melebarkan sayap ke luar negeri, seperti Eropa. Hal itu bisa terjadi ketika ada orang asing yang tertarik melihat subkultur di kota Bandung, sehingga mereka pun melakukan penggalangan dana untuk membawa musik underground Bandung bermain di dunia internasional.
Menyinggung mengenai pandangan masyarakat tentang musik underground yang seringkali diidentikkan dengan kekerasan Reggi menuturkan, para pelaku musik underground pasrah tapi tidak cenderung apatis. Untuk mencairkan opini masyarakat, mereka seringkali mengadakan kampanye anti kekerasan. "Ke depannya, kami akan melakukan kampanye anti HIV AIDS dan anti narkoba," tambah Reggi.